COVER DAN PERWAJAHAN MAJALAH
Majalah adalah suatu penerbitan berkala yang menyajikan liputan jumalistik, artikel berisi informasi dan opini yang membahas segala aspek kehidupan. Asal kata majalah, konon, berasal dari kata Arab yaitu majallah. Di negeri Arab dipakai dua sebutan yaitu majallah dan mahazin. Kata magazine -yang berarti majalah dalam bahasa Inggris, pun berasal dari kata mahazin itu tadi. Sekedar kita ketahui saja, majalah pertama di dunia adalah The Review. Diterbitkan secara mingguan pada 1704 oleh Daniel Defoe, wartawan dan sastrawan Inggris pengarang cerita Robinson Crusoe yang terkenal itu. Sedangkan majalah berita mingguan yang pertama di dunia adalah TIME, yangditerbitkan di Amerika Serikat pada 1923 oleh wartawan Henry R. Luce dan Briton Hadden. Pada umumnya majalah dibedakan menurut jadwal waktu terbitnya dan kekhususan isinya. Menurut jadwal waktu terbitnya kita kenal majalah mingguan, dwi mingguan, bulanan, dan sebagainya. Karena kekhususan isinya, bisa digolongkan: majalah anak-anak, majalah berita, majalah bisnis, majalah wanita, dan banyak lagi. Majalah yang sering kita lihat umumnya berjilid. Kulit muka (cover) nya biasanya memakai jenis kertas
yang agak tebal. Kenapa harus tebal? Dulu, pada awal munculnya majalah, gunanya adalah untuk melindungi isi halaman dalamnya supaya tak mudah rusak. Kini, kulit muka justru dijadikan daya tarik utama bagi pembaca. Sedangkan pada lembar halaman bagian dalam terdapat susunan kolom-kolom tulisan yang dihiasi oleh foto atau gambar/ilustrasi.
Pekerjaan merancang cover dan perwajahan di suatu penerbitan adalah tugas bagian Desain Visual. Bagian ini umumnya mempunyai sejumlah desainer dan visualiser. Selain cover, desainer juga merancang perwajahan yang biasanyabanyak menggunakan ataupun ilustrasi seperti karikatur, diagram, grafik, peta, dan sebagainya. Semua ilustrasi itu dikerjakan oleh visualiser.
Elemen Kulit Muka (Cover)
Cover seyogyanya merupakan pusat perhatian pertama bagi pembaca. Karena itu harus dirancang semenarik mungkin. Ibarat memakai baju, kalau potongan dan warnanya serasi, konon bisa membuat sipemakai dilirik orang banyak. Begitu juga dengan majalah, jika covernya bagus akan membuat orang tertarik membaca isinya.
Di masa kini, tidak cukup kolom-kolom berita seadanya saja yang akan disuguhkan kepada masyarakat, tapi penampilan luarnya juga membutuhkan suatu kemasan yang bagus. Dan beberapa elemen pokok pada cover yang menurut saya sangat diperlukan ialah logotype (nama majalah itu), judul pada kulit muka, dan ilustrasi (bisa gambar atau foto).
Perwajahan atau Tata Letak
Setiap pagi saat kita menerima sebuah koran atau majalah, yang pertama kali berhadapan dengan mata kita adalah suatu kumpulan kalimat yang terdiri dari huruf-huruf yang sudah tersusun berupa kolomkolom yang dipadukan dengan foto-foto. Jadi, komposisi antara kolom teks dengan foto itulah yang biasa disebut tata letak (layout).
Setelah itu seolah-olah mata kita dituntun oleh susunan tata letak tersebut untuk membaca kalimat-kalimatyang terkandung di dalamnya. Pada saat itulah kita sebenamya sedang menerima sebuah informasi, yaitu informasi yang dituangkan melalui bentuk tata letak.
Pada sebuah penerbit media cetak, tugas membuat tata letak biasanya dikerjakan oleh desainer. Dulu, penataan dilakukan di atas meja dengan cara memotong-motong kertas berisi teks hasil ketikan. Di masa sekarang, pembuatan tata letak dilakukan dengan memakai peralatan komputer dan penataanya dilakukan pada layar monitor.
Dalam pelaksanaannya, desainer dibantu oleh petugas tata letak dan scanner (petugas yang memasukkan foto ke dalam komputer). Bagi desainer, kesadaran akan desain dasar (basic design) dan pengetahuan tentang huruf (typography) sangat diperlukan sebelum sang designer itu membuat tata letak. Betapa pentingnya membuat sebuah kolom dasar (grid), memilih jenis huruf (fonts) dan menyatukan antara susunan kalimat dalam kolom-kolom (bodytext) dengan foto atau ilustrasi. Terminologi huruf, misalnya istilah point, pica, justified, dan sebagainya, harus diketahui lebih dulu. Keberhasilan sebuah majalah tergantung pada berhasil tidaknya sebuah komunikasi yang terkandung di dalamnya tersampaikan. Karena itulah sebuah tata letak harus efektif dan tidak hanya menjadi embelembel, melainkan harus menjadi bagian dari proses komunikasi itu. Seperti kalau kita berbicara, pemakaian intonasi, tekanan, volume, pengaturan irama suara yang baik akan menimbulkan suatu rasa dan arti yang jelas. Sehingga apa yang dibicarakan mudah ditangkap dan dimengerti oleh pendengar. Begitu juga, tata
letak yang baik akan terhasil menyampaikan informasi yang terkandung dalam teksnya kepada para pembaca dengan baik pula.
Elemen Dasar Tata Letak
Elemen dasar setiap tata letak majalah adalah: judul, teks, dan foto/gambar. Pewarnaan juga penting tapi bukan elemen yang fundamental. Banyak desain tata letak yang memakai wama tapi mereka juga kebanyakan memakai warna hitam dan putih. Warna teks yang paling efektif adalah hitam di atas dasar putih, karena kalimat menjadi mudah dibaca dan tidak melelahkan mata.
Memilih Jenis Huruf
Inti dari setiap tata letak adalah tipografi. Seperti kita ketahui, semua media cetak menggunakan tipografi atau huruf sebagai bahan utamanya. Normalnya, surat kabar harian berisi 80-90 persen tipografi. Pada prinsipnya jenis huruf terbagi dua: jenis huruf berkaki (ber-serif) dan jenis huruf tidak berkaki (san-serif).
T ---> Huruf berkaki (ber-serif)
T ---> Huruf tidak berkaki (sanserif)
Jenis huruf yang tak berkaki kurang baik dipakai untuk teks koran atau majalah, karena jenis huruf ini berkesan monoton. Akibatnya kurang disukai oleh pembaca. Dari penelitian mengenai hal tersebut yang diadakan oleh University of Iowa, AS pada 1974 ternyata diketahui bahwa pembaca lebih menyukai huruf teks yang berkaki.
Jenis huruf lazimnya disebut fonts. Tiap fonts mempunyai keluarga (family) sendiri. Terdiri dari jenis regular, italic (miring), bold (tebal), bold italic, underline (bergaris bawah), outline, shade, dan lain-lain. Belakangan ini banyak bermunculan jenis huruf baru dan sangat bervariasi. Tapi, tak mungkin bagi seorang desainer untuk memakai ribuan huruf tersebut. la harus memilih hanya beberapa jenis huruf sajayang sesuai dengan karakter desainnya. Setiap tata letak yang baik memakai jenis huruf berkarakter
yang tertata dengan baik.
Pemakaian Jenis Huruf
Selain ukuran besar-kecilnya huruf (points), faktor penting lainnya adalah pemakaian leading (jarak antara suatu kata dengan kata di bawahnya) dan letter spacing (track) yaitu jarak suatu huruf dengan huruf di depan atau di belakangnya. Jarak yang terlalu rapat atau terlalu renggang bisa berakibat pada kemudahan membaca.
Dalam suatu riset yang dilakukan di Amerika Serikat, diketahui bahwa kemudahan membaca teks (legibility) dipengaruhi juga oleh kontras antara warna kertas dan warna teks di atasnya. Kontras yang paling baik menurut hasil riset itu ialah teks hitam di atas kertas putih.
Kolom Teks
Setelah ukuran dan jenis huruf sudah ditentukan, kita harus mengatur teks ke dalam kolom-kolom.Ukuran lebar kolom harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dibaca. Kolom teks yang terlalu sempit akan merepotkan pembaca karena mata harus cepat berpindah dari atas sampai ke bawah. Begitu
pula sebaliknya, kolom yang terlalu lebar akan sangat melelahkan mata. Mata dipaksa menyusuri baris
demi baris kalimat yang sangat panjang dari kiri ke kanan.
Bentuk kolom biasa dikenal dengan sebutan 1 kolom, 2 kolom, 3 kolom, dan seterusnya. Kemudian bisa ditentukan apakah teksnya rata kiri (flush left), rata kanan (flush right), dan rata kiri-kanan (justified).
Pemasangan Foto dan Ilustrasi
Fotografi dan ilustrasi memainkan peranan yang penting dalam menciptakan suatu tata letak. Desain tata letak yang baik selalu perpaduan dari teks dan foto.
Membuat komposisi perwajahan sebaiknya mempertimbangkan keseimbangan letak foto. Dalam hal ini ada
2 perimbangan: simetris dan asimetris. Membuat perimbangan simetris lebih mudah dan juga
mengakibatkan komposisi menjadi stabil. Tapi, bisa juga membosankan karena kesannya menjadi monoton.
Sedangkan perimbangan asimetris meskipun agak sulit membuatnya -karena hanya bisa dirasakan - hasilnya bisa lebih dinamis. Suatu tata letak bisa memberi kesempatan bagi si fotografer untuk memadukan foto dan ruang yang disediakan. Cropping, cut-out foto sering dilakukan untuk menghasilkan suatu komposisi yang dinamis. Sedangkan ilustrasi lebih efektif untuk menggambarkan ide yang kompleks, yang tidak bisa dicapai
dengan foto. Ilustrasi bisa diatur bahkan dilebih-lebihkan, misalnya karikatur.
Bentuk Harus Selalu Mengikuti Fungsi
Sebelum kita membuat tata letak, harus diingat satu hal: desainnya harus komunikatif. Bentuk tata letak harus mudah dipahami dan tidak membingungkan pembaca. Sungguh mudah bagi seseorang desainer membuat format huruf dan jenis huruf tertentu. Semata-mata karena ia suka, tanpa memperhitungkan faktor lain. Tetapi, hal seperti itu menghalangi terciptanya sebuah desain tata letak yang baik.
Siapa Pembacanya?
Di masa sekarang, majalah dibaca oleh berbagai kalangan dan usia. Tak heran bila ada khusus untuk wanita, pria, remaja, bahkan anak-anak. Maka, bentuk desain tata letak pun sebaiknya menyesuaikan diri dengan kalangan yang akan dituju. Bentuk yang tidak sesuai dengan kalangan pembacanya akan mendapat respon yang tidak baik. Dengan kata lain, bisa menyebabkan gagalnya penyampaian sebuah informasi.
Desain tata letak buat kalangan remaja bisa dicoba dengan bentuk yang sangat dinamis dan penuh warna. Sedangkan buat kalangan yang lebih tua dengan bentuk yang agak konservatif. Begitu juga untuk kalangan wanita, baik remaja maupun yang lebih tua bisa dipakai tata letak yang sesuai dengan jiwa mereka. Pemakaian warna yang cerah (bila majalah itu berwarna) adalah untuk kalangan remaja. Sedangkan warna pastel untuk kalangan yang lebih tua.
Desain tata letak dan kulit muka sebuah majalah dimasukkan ke dalam kategori seni pakai (applied art) karena mempunyai hubungan erat dengan pemakai (pembaca). Maka sekali lagi diingatkan, para pembaca, sebagai 'pemakai' hasil seni ini, harus diperhitungkan benar oleh pendesain. Meminjam kata pepatah dalam berdagang, boleh juga dikatakan pembaca adalah 'raja'. Pendesain tidak bisa memaksakan kehendaknya sendiri dalam membuat desain. Apa yang bagus menurut dia belum tentu bisa diterima oleh pembaca.
Proses produksi dalam majalah melibatkan beberapa bagian yang saling berkait. Bagian itu mulai dari Redaksi. Penulis, dan Reporter yang menghasilkan tulisan. Bagian Dokumentasi dan Riset mendukungnya dengan menyediakan koreksi bahan tulisan. Lalu, foto-foto untuk melengkapi tulisan disediakan oleh bagian foto. Di bagian foto ini ada Fotografer dan Periset foto. Kemudian, hasil penulisan dan foto tersebut disusun dan dikomposisikan oleh bagian Desain Visual, menjadi bahan yang siap cetak.
Bagian tersebut di atas harus saling bekerjasama dan saling mendukung. Dari proses pekerjaan seharihari sudah terbukti bahwa diperlukan rangkaian kerja yang terpadu antara bagian yang satu dengan lainnya supaya menghasilkan suatu majalah yang baik.
Proses Kerja Desain Visual di ARENA
Proses kerja penerbitan Majalah di ARENA merupakan mata rantai dari proses kerja produksi pers cetak,
yang biasanya terdiri dari proses kerja:
þ REDAKSI (menyiapkan tulisan/naskah dan foto)
þ DISAIN GRAFIS/VISUAL (merancang bentuk penampilan visual)
þ PRA-CETAK (melaksanakan bentuk jadi)
þ CETAK (memperbanyak-penggandaan)
þ DISTRIBUSI (menghadirkan produk ke konsumen-penyebaran)
Permintaan JASA
Dalam pelaksanaannya, rancanga grafis baru dibuat setelah ada kesepakatan mengenai ide (tema) yang akan diangkat dalam laporan utama majalah. Kemudian untuk melengkapinya dibuat pula ilustrasi yang sesuai dengan (ide) tema, ilustrasi ini bisa berupa gambar tangan ataupun photo. Dalam proses selanjutnya, si pendesain membuat rencana perwajahan, yang disesuaikan dengan jumlah halaman, rubrikasi, space iklan, advertorial ataupun pariwara. Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-langkah yang dilakukan, dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
Langkah-langkah di atas dilakukan di ARENA untuk menunjukkan bahwa desain yang selama ini dipertahankan akan mampu membentuk identitas ARENA. Adapun mengenai pembuatan cover, ARENA cenderung untuk menggunakan ilustrasi gambar tangan yang diolah sedemikian rupa dengan menggunakan grafis komputer, sehingga menghasilkan obyek yang
dianggap pas (cocok) dengan kandungan tema yang akan diangkat. Sebagai pelengkap, kata-kata yang ditampilkan di cover pun tidak terlalu banyak, tapi simpel, singkat, padat dan bermakna luas. Tentu saja untuk pembuatan semua elemen cover ini ARENA tetap mempertimbangkan hal-hal ini; mengesankan, menarik untuk dilirik, memikat untuk dilihat, impulsif dan persuasif. Dari beberapa penerbitan terakhir, nampaknya cover ARENA sudah cukup “menawan”, karena sudah mengandung unsur-unsur Up to date (Selalu baru, inovatif dan segar), Menggunakan ilustrasi (drawing, karikatur, photografi), Trend (Mengikuti perkembangan), Menggunakan teknik cetak prima (sparasi), dan Mampu menggambarkan perspektif isinya. Untuk halaman dalam (isi), perwajahan yang dilakukan ARENA, hingga saat ini tidak banyak mengalami perubahan. Konsepnya masih tetap klasik, dan belum mengalami inovasi yang benar-benar revolutif, sehingga memunculkan ARENA “baru” yang benar-benar baru. Memang pernah terjadi sedikit perubahan pada perwajahan ARENA, tapi perbedaan itu pun bukan karena ingin merubah konsep perwajahan ARENA, tapi lebih karena keterbatasan space, sehingga lay outnya pun dibuat sedikit berbeda dengan
lay out-lay out rubrik lainnya.
Saya kira sudah saatnya ARENA membuat perubahan, khususnya dari segi desain dan lay outnya. Tapi perubahan tersebut hendeknya tidak diikuti dengan berubahnya idealisme ARENA sebagai pers mahasiswa yang telah dibangun sejak 1975, juga tidak merubah visi dan misinya. Sekian.
0 comments:
Posting Komentar